Juventus kembali harus menelan pil pahit setelah tampil mengecewakan dalam laga terakhirnya. Meski Michele Di Gregorio tampil luar biasa di bawah mistar, penampilan gemilang sang kiper seakan tidak cukup untuk menyelamatkan tim dari keruntuhan di sektor lain. Lini tengah yang ambrol dan lini depan yang tumpul menjadi sorotan utama dalam kekalahan ini.
Di Gregorio: Satu-satunya Cahaya di Tengah Kegelapan
Tak bisa dimungkiri, performa Michele Di Gregorio adalah satu-satunya hal positif dari pertandingan ini. Kiper anyar Juventus itu melakukan sejumlah penyelamatan krusial yang mencegah timnya kebobolan lebih banyak. Refleks cepat, penempatan posisi sempurna, serta komunikasi yang matang dengan lini belakang membuatnya terlihat seperti sosok penyelamat di tengah kekacauan.
Namun, seperti kata pepatah: satu jari tidak bisa menepuk tangan. Meski Di Gregorio tampil heroik, kerja kerasnya menjadi sia-sia karena minimnya dukungan dari sektor lainnya.
Lini Tengah: Ambrol Total, Tak Ada Kreativitas
Salah satu masalah paling mencolok adalah kelemahan di lini tengah. Juventus tampak kehilangan kendali atas permainan, gagal mengalirkan bola dengan baik, dan minim kreativitas untuk membongkar pertahanan lawan. Nama-nama besar seperti Locatelli maupun Rabiot terlihat kesulitan menghadapi tekanan, dan distribusi bola yang lambat membuat Juventus kesulitan mengembangkan serangan.
Buruknya koordinasi dan lemahnya pressing membuat lawan dengan mudah menguasai area tengah. Juventus seperti kehilangan arah, tanpa rencana jelas dalam membangun serangan dari lini kedua.
Lini Depan: Tumpul dan Tak Bertaji
Jika lini tengah ambrol, maka lini depan bisa dibilang benar-benar kehilangan daya gigit. Vlahovic tak mendapatkan suplai memadai, sementara pemain sayap seperti Chiesa dan Yildiz tampil di bawah performa. Minimnya variasi serangan dan buruknya eksekusi membuat Juventus seakan tak punya ancaman nyata di depan gawang lawan.
Statistik berbicara: nyaris tak ada shot on target berarti, dan keberadaan striker pun terasa seperti bayang-bayang belaka. Bahkan momen-momen set piece yang biasanya bisa menjadi senjata alternatif pun tak berhasil dimaksimalkan.
Apa yang Salah?
Pertanyaan besarnya: di mana letak kesalahan? Apakah pada taktik pelatih, kebugaran pemain, atau mentalitas tim secara keseluruhan? Yang jelas, Juventus terlihat seperti tim yang belum padu dan kehilangan identitas. Kombinasi antara kurangnya kreativitas, kegagalan memanfaatkan peluang, serta lemahnya transisi bertahan-menyerang jadi penyebab utama kekalahan menyakitkan ini.
Kesimpulan
Michele Di Gregorio mungkin pantas mendapat pujian, namun satu pemain tidak bisa menyelamatkan keseluruhan tim yang sedang dalam performa buruk. Juventus butuh evaluasi menyeluruh, terutama di sektor tengah dan depan, jika masih ingin bersaing di papan atas. Tanpa perubahan cepat dan signifikan, musim ini bisa berubah menjadi mimpi buruk yang berulang.
Baca Juga: Liam Delap Dibandingkan dengan Harry Kane? Belum Waktunya!