Pertandingan leg kedua perempat final Liga Champions antara Manchester United dan Olympique Lyon memanas dengan narasi yang tak kalah epik dari sejarah klub. Rúben Amorim, pelatih Lyon yang belakangan menjadi sorotan atas pendekatan taktisnya yang modern dan penuh semangat, secara mengejutkan menyebut comeback legendaris Manchester United di final Liga Champions 1999 sebagai sumber inspirasinya jelang laga krusial melawan Setan Merah.
Sebuah Pertemuan Sarat Nostalgia
Bagi penggemar Manchester United, tahun 1999 adalah kenangan yang tak tergantikan. Di bawah asuhan Sir Alex Ferguson, United berhasil mencetak dua gol di masa injury time melawan Bayern Munchen dan mengangkat trofi Liga Champions di Camp Nou. Itu adalah puncak dari musim treble legendaris yang hingga kini tetap menjadi bagian dari folklore sepak bola dunia.
Kini, dua dekade lebih berlalu, Lyon datang ke Old Trafford dalam posisi tertinggal agregat 1-2 dari leg pertama. Namun Amorim menegaskan bahwa segala sesuatu masih bisa terjadi di dunia sepak bola.
“Kami semua tahu kisah comeback di Camp Nou. Saat itu, Manchester United hanya butuh dua menit untuk mengubah sejarah. Kami tidak punya alasan untuk menyerah. Justru, kami harus belajar dari semangat mereka,” ujar Amorim dalam konferensi pers jelang pertandingan.
Amorim dan Filosofi Kebangkitan
Amorim bukan sosok asing di dunia kepelatihan. Namanya mencuat bersama Sporting CP sebelum mengambil alih kursi panas di Lyon musim ini. Ia dikenal dengan formasi 3-4-3 fleksibel, pendekatan pressing tinggi, dan kepercayaan besar pada pemain muda. Namun, lebih dari itu, Amorim membawa sesuatu yang tak terlihat—mentalitas.
“Comeback bukan soal taktik semata. Itu soal keyakinan. Mentalitas bahwa pertandingan belum selesai sampai wasit meniup peluit akhir,” tambahnya.
Di ruang ganti Lyon, Amorim menayangkan cuplikan laga MU vs Bayern 1999 untuk membakar semangat anak asuhnya. Ia menyebut bahwa laga itu bukan sekadar sejarah United, tapi pelajaran hidup tentang ketekunan dan harapan.
United Tak Ingin Mengulangi Sejarah Sebaliknya
Sementara itu, Erik ten Hag selaku pelatih Manchester United menanggapi pernyataan Amorim dengan tenang namun tegas.
“Kami tahu bahwa sejarah bisa menjadi senjata. Tapi kami juga tahu bagaimana rasanya berada di pihak yang kehilangan segalanya dalam hitungan detik. Kami akan menjaga konsentrasi, tidak memberi Lyon celah sedikit pun untuk bermimpi,” ucap Ten Hag.
United yang kini diperkuat pemain-pemain seperti Bruno Fernandes, Marcus Rashford, dan Rasmus Højlund, berada dalam performa cukup stabil. Namun sejarah telah menunjukkan bahwa unggul satu gol bukanlah jaminan keamanan di Eropa.
Laga dengan Aroma Epik
Atmosfer Old Trafford diprediksi akan memanas. Para suporter tuan rumah tentunya berharap tim kesayangan mereka tidak mengulangi mimpi buruk yang pernah menimpa tim-tim besar di Liga Champions. Di sisi lain, Lyon datang sebagai underdog yang kini membawa semangat 1999—ironisnya, terinspirasi oleh lawan mereka sendiri.
“Jika United bisa melakukannya dulu, kenapa kami tidak bisa sekarang?” ujar Amorim di akhir sesi wawancara.
Pernyataan yang terdengar ambisius, namun penuh makna. Sepak bola, seperti halnya hidup, tak selalu mengikuti naskah. Dan di malam Eropa, terkadang keajaiban datang di saat tak terduga.
Penutup: Inspirasi dari Masa Lalu, Pertarungan di Masa Kini
Apakah Lyon bisa mengulang keajaiban serupa dengan yang pernah dilakukan Manchester United di Camp Nou? Ataukah justru Setan Merah akan menunjukkan bahwa mereka masih penguasa drama di malam Liga Champions? Semua akan terjawab di Old Trafford, dalam pertandingan yang bukan sekadar soal strategi—tetapi juga jiwa dan keyakinan.
Baca Juga: Hasil Milan Vs Sassuolo 6-1: I Rossoneri Pesta Gol dan Lolos ke Perempat Final Coppa Italia